Selasa, 27 Agustus 2013

Penampungan Semen & Evaluasi Hasil IB


Teknologi Reproduksi Ternak

1.1  Latar Belakang
Usaha yang bergerak dalam di bidang ternak sapi di Indonesia membutuhkan perhatian khusus dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi setiap tahunnya. Dalam menanggulangi masalah itu dibutuhkan teknologi tepat yang bisa diterapkan secara mudah dan efisien. Salah satu teknologi yang bisa digunakan yaitu inseminasi buatan. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi yang memungkinkan manusia untuk mengawinkan hewan betina tanpa perlu seekor pejantan utuh. Inseminasi buatan sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian proses yang terencana dan terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik hewan di masa yang akan datang (Kartasudjana, 2001).
Prinsip dari pelaksanaan inseminasi buatan yaitu pencurahan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina pada saat estrus dengan tujuan agar sel telur yang diovulasikan hewan betina dapat dibuahi oleh sperma sehingga hewan betina menjadi bunting dan melahirkan anak. Namun pada perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan betina. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan) (Sugoro, 2009).
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan IB ialah mutu semen beku. Selain itu, keberhasilan IB juga dipengaruhi oleh reproduksi ternak betina dan keterampilan petugasnya, ketepatan dan pelaporan deteksi berahi, serta pemeliharaan ternak betina. Oleh sebab itu untuk terjaminnya mutu semen beku sapi yang beredar, perlu ditetapkan standar semen beku sapi. Mutu semen beku sapi yang memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar mutu semen beku sapi dapat dipertahankan hingga siap untuk diinseminasikan. Kualitas semen yang digunakan untuk inseminasi buatan harus memenuhi persyaratan seperti volume, warna, pH, konsistensi, motilitas, konsentrasi, dan morfologi sperma untuk mempertahankan kualitas semen. Dengan demikian Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru terhadap mahasiswa tentang proses inseminasi buatan.



PEMBAHASAN

A.    Proses Penampungan Semen
1.      Definisi Insiminasi Buatan
Inseminasi Buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi . Prosesnya secara luas mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina (Hafez, and M. E .Bellin, 2000) . Selanjutnya dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami, IB memiliki banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya. Keuntungannya adalah dapat mempercepat penyebaran dan peningkatan mutu genetik ternak . Melalui penggunaan bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas jumlahnya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal .
Pada saat ini terdapat dua metode perkawinan yaitu : kawin alam dan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). IB telah diterima dan diterapkan pada ternak sapi terutama di Negara-negara maju. Demikian pula di Indonesia sudah menjadi program nasional yang strategis dengan menggunakan semen yang telah dibekukan. Namun demikian penerapan teknologi ini masih bermasalah yakni pengetahuan tentang siklus reproduksi secara benar baik oleh peternak maupun petugas inseminator.
Perkawinan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi IB, memungkinkan seekor pejantan untuk mengawini lebih banyak betina daripada perkawinan alami yang dapat dilakukannya. Selain itu, melalui teknologi IB potensi genetik seekor pejantan unggul dapat tersebar luas, tidak hanya pada daerah tempat pejantan itu berada tetapi juga pada daerah lainnya yang terpisah oleh jarak dan waktu .
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknologi yang sudah lama dikenal, namun masih relevan untuk digunakan sekarang ini. Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk  memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah   diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam  saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut Insemination.
Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat, guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak.


2.      Penampungan Seman
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan.
Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu hormone, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya :
1.      Metode Pengurutan (Masase)
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada
ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan
ayam). Pada ternak besar metode pengurutan ampulla vas deferens
diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi genetik tinggi
akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena
nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya
(lumpuh atau pincang/cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik hasilnya.
 


2.     Metode Vagina Tiruan


Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Struktur dari alat ini adalah sebagai berikut :
a.       Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik atau karet.
b.      Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah tempat masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis.
c.       Saluran tempat masuknya air dan udara.
d.      Selongsong penampungan.
e.       Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong.
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang
paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun
ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan
libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan menggunakan vagina
tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua metode
sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi
karena metode penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan
alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak
betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap
sebagai ternak betina).
Ketika pejantan tersebut sudah menaiki pemancing
dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya dibelokkan menuju
mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina tiruan. Vagina
tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (terutama
dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya.
Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki
kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita
mengutamakan metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan
pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan
pada ternak unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah
menggunakan metode pengurutan.

3.      Metode Elektrojakulator


Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya. Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat dilakukan dengan membuang bagian yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan semen dengan densitas yang baik.
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk
memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi
tidak mampu melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau
psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak kecil seperti
domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan
melalui metode pengurutan ampula vas deferens.

 

B.    Evaluasi Keberhasilan
Keberhasilan IB dapat ditentukan dengan mengamati siklus birahi sapi, jika 21 hari setelah dilakukan IB dan sapi tidak mengalami birahi pertama, dan juga tidak mengalami birahi siklus kedua, maka sapi dinyatakan bunting berumur 42 hari.
Keberhasilan IB pada ternak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku (straw), keadaan sapi betina sebagai akseptor IB, ketepatan IB, dan keterampilan tenaga pelaksana (inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1997).
Permasalahan utama dari semen beku adalah rendahnya kualitas semen setelah di thawing yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada struktur, biokimia dan fungsional spermatozoa yang menyebabkan terjadi penurunan daya hidup, Kerusakan membran plasma, tudung akrosom, kegagalan transport dan fertilisasi. Permasalahan kedua pada sapi betina (akseptor IB) dalam kaitannya dengan kinerja reproduksi. Selanjutnya, Faktor terpenting dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan waktu pemasukan semen pada puncak kesuburan ternak betina. Puncak kesuburan ternak betina adalah pada waktu menjelang ovulasi.
Apabila semua faktor di atas diperhatikan, diharapkan bahwa hasil IB akan lebih tinggi atau hasilnya lebih baik dibandingkan dengan perkawinan alam. Hal ini berarti dengan tingginya hasil IB diharapkan efisiensi produktivitas akan tinggi pula, yang ditandai dengan meningkatnya populasi ternak dan disertai dengan terjadinya perbaikan kualitas genetik ternak, apabila semen yang dipakai berasal dari pejantan unggul yang terseleksi. Dengan demikian peranan bioteknologi IB terhadap pembinaan produksi peternakan akan tercapai.
Cara Mengetahui (Evaluasi) Sapi Betina Bunting Setelah Dilakukan IB atau Perkawinan Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan pada hewan betina yaitu :
1)      Indikasi kebuntingan secara eksternal meliputi: lewat catatan/ recording, adanya anestrus, pembesaran abdomen sebelah kanan secara progresif, berat badan yang meningkat, adanya gerakan fetus, gerakan sapi melambat, bulunya mengkilat, sapi menjadi lebih tenang temperamennya, dan kelenjar air susu membesar secara progresif.
2)      Indikasi kebuntingan secara internal (Pemeriksaan per rektum) Indikasi kebuntingan secara eksternal jangan dijadikan patokan baku kebuntingan, karena beberapa hewan dapat memperlihatkan anomali walaupun memperlihatkan tanda tersebut. Diagnosa pasti kebuntingan hanya dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan per rektum.

Dapat dilakukan secara per rektum. Cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat. Dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya :
1.      perubahan pada kornu uteri
2.      adanya kantong amnion
3.      adanya pergelinciran selaput janin
4.      adanya fetus
5.      adanya plasentom dan fremitus
Jika kita ada di pasar hewan dan disuruh memilikan sapi yang bunting cara yang dapat kita lakukan adalah dengan melihat kondisi fisik dari sapi, lalu melakukan tanya jawab dengan pedagang yang sapinya menunjukan gejala bunting tentang catatan siklusnya/perkawinannya, dan untuk pastinya dengan pemeriksaan per rektum jika diijinkan oleh pedagangnya.




DAFTAR PUSTAKA

Effriansyah. Y. 2012. Fisiologi dan Reproduksi Ternak. Sumatra Selatan. Blog.             http://anpet10.blogspot.com/2012/06/makalah-fisiologi-dan-reproduksi-      ternak.html

 

Erveyn. 2012. Analisa Semen Segar. Malang. Blog. http://uinkuuuu.blogspot.com/2012/06/analisa-semen-segar.html


Hafez, and M. E .Bellin. 2000. Semen Evaluation Reproduction in FarmAnimals. 7hed. New 'fork, London.

Heru. 2008. Sapi tidak bunting meski sudah di Inseminasi Buatan (IB). Blog.             http://jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/sapi-tidak-bunting-meski-sudah-di-          inseminasi-buatan-ib/


Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan. Jakarta: Departemen Pendidikan           Nasional.

Natal. N. 2013. Penampugan Semen. Blog.    http://nasibnatal.blogspot.com/2013/03/penampungan-semen.html

Rinaldi. 2012. Penampungan Semen Dan Sni Semen Beku. Sumatra Utara.             Attribution Non-commercial.

Sugoro, I. 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (IB) untuk Peningkatan   Produktivitas   sapi. Bandung: Sekolah Tinggi dan Ilmu Hayati ITB.

Sufyanhadi. 2012. Metode Penampungan Semen. Blog.       http://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif/metode-penampungan-            semen/?s=METODE+PENAMPUNGAN+SEMEN#

Tya. 2011. Teknik Inseminasi Buatan Pada Sapi. Blog.         http://tyanizy.blogspot.com/2011/01/teknik-inseminasi-buatan-pada-sapi.html













Tidak ada komentar: