Minggu, 25 Agustus 2013

BERBAGAI SISTEM PENGGEMUKAN SAPI POTONG


BERBAGAI SISTEM PENGGEMUKAN SAPI POTONG


1.1.      Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial.
Usaha penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis.
Beberapa jenis sapi potong yang menyebar di Indonesia diantaranya sapi ongole, sapi peranakan ongol, sapi Brahman, sapi bali, sapi Madura dan sapi peranakan Friesian Holstein (PFH).
Upaya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan daging yang berasal dari ternak local perlu ditingkatkan usaha peternakan tradisional kearah pengusaan yang lebih maju dan menguntungkan misalnya dengan system penggemukan.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis. 
Tujuan penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging persatuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat  pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur produktif.
Dalam usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi. Artinya, pupuk kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya.
Sejauh ini dikenal empat sistem penggemukan yang sering diterapkan dipeternakan-peternakan tertentu, yakni sistem pasture fattening, dry lot fattening, sistem kombinasi yakni pasture dan dry lot fattening dan yang keempat yakni sistem kereman atau penggemukan dry lot fattening yang lebih sederhana. Dari keempat sistem penggemukan di atas, masing-masing memiliki manajemen yang berbeda serta memiliki kelebihan serta kelemahan. Pada prinsipnya, perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan serta lama penggemukan.

1.2.      Tujuan dan Manfaat
Dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan pada makalah ini yaitu  untuk mengetahui manajemen penggemukan sapi potong yang dipelihara dengan keempat sistem manajemen penggemukan yang berbeda yakni sistem pasture fattening, dry lot fattening, sistem kombinasi pasture fattening dan dry lot fattening serta sistem kereman atau dry lot fattening secara sederhana.
Sedangkan Manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan makalah yaitu untuk mengetahui informasi mengenai manajemen penggemukan dengan sistem pemeliharaan yang berbeda-beda.


PEMBAHASAN
2.1.   Teknik Penggemukan Ternak Sapi Di Padang Penggembalaan (Sistem Pasture Fattening)

 


Pasture Fattening merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang penggembalaan. Tidak ada penambahan pakan berupa konsentrat maupun biji-bijian sehingga pakan yang tersedia hanya berasal dari hijauan yang terdapat di padang penggembalaan. Oleh karena itu, hijauan yang terdapat di padang penggembalaan disamping rumput-rumputan yang ada, haruslah ditanami dengan leguminosa agar kualitas hijauan yang ada di padang penggembalaan itu lebih tinggi. Apabila hanya mengandalkan rumput-rumputan saja dan tanpa penanaman leguminosa maka tidak dapat diharapkan pertambahan bobot badan sapi yang lebih tinggi. Apabila sistem penggemikan sapi pasture fattening akan di aplikasikan di Indonesia maka jenis leguminosa yang disarankan untuk ditanam di padang-padang penggembalaan adalah Arachis, Centrosema, Lamtoro, Siratro,, dan Desmodium trifolium
Metode penggemukan ini umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas. Sapi-sapi bakalan dilepaskan di padang penggembalaan selama beberapa hari, kemudian dipindahkan ke padang penggembalaan lainnya. Dalam metode penggemukan ini, sapi-sapi bakalan tidak diberi makanan tambahan berupa konsentrat. Demikian dilakukan terus-menerus sapai sapi-sapi tersebut sudah layak jual.
Beberapa sistem yang digunakan pada usaha penggemukan ternak sapi potong. Pada prinsipnya, perbedaan ini terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan. Cara termurah dan terefisien adalah memelihara ternak sapi di padang penggembalaan yang berupa padang rumput atau dikenal dengan istilah Pasture Fattening.
            Padang penggembalaan harus selalu terpelihara dari kerusakan dan erosi. Untuk itu, tata laksana penggembalaan harus dilakukan dengan baik. Sebelum digunakan, kapasitas tampung setiap areal padang penggembalaan harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan penggembalaan yang berlebihan atau over grazing. Pada tempat-tertentu tertentu di areal padang penggembalaan disediakan air minum yang bersih. Untuk menjaga agar sapi tidak kekurangan mineral maka pada tempat-tempat tertentu perlu pula disediakan lempengan-lempengan garam dapur atau mineral blok. Selain itu, areal penggembalaan sebaiknya ditanami pohon-pohon peneduh untuk berteduh sapi, terutama pada waktu hari sedang panas. Pohon peneduh dapat berupa lamtoro atau gamal.
Kandang pada sistem penggemukan sapi pasture fattening hanya berfungsi sebagai tempat berteduh sapi-sapi pada waktu malam hari atau pada waktu hari sedang sangat panas. Penggemukan dengan sistem pasture fettening memerlukan padang penggembalaan yang relatif luas. Dari segi biaya produksi, penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening lebih murah dibandingkan dengan sistem lainnya. Hal ini disebabkan oleh biaya hijauan dan upah tenaga kerja yang yang relatif lebih murah sebab tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak. Namun, karena pakan atau pakan yang diberikan berupa hijauan dan meskipun dicampur dengan leguminosa, misalnya, pertambahan bobot badan yang dicapai pada sistem lainnya yang menggunakan hijauan dan konsentrat lebih tinggi. Oleh karena itu penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yakni sekitar 8-10 bulan.
Sapi yang digunakan pada penggemukan sistem pasture fattening adalah sapi jantan atau betina yang minimal telah berumur 2,5 tahun. Sapi jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif singkat.
Untuk menanggulangi kesulitan mendapatkan hijauan pada musim kemarau, disarankan menanam leguminosa pohon seperti lamtoro atau petai cina dan gamal. Pohon-pohon tersebut di tanam di pinggir-pinggir padang penggembalaan atau pada tempat-tempat tertentu di areal padang penggembalaan yang dapat berfungsi pula sebagai tempat berteduh sapi pada hari panas. Dengan demikian, apabila terjadi kekurangan hijauan pada musim kemarau, setidaknya dapat dibantu denagn pemberian daun lamtaro atau daun gamal dari leguminosa pohon yang ditanam. Pemberian hijaun dari leguminosa pohon sebaiknya dilakukan pada saat sapi telah selesai merumput dan beristirahat di kandang atau di tempat-tempat berteduh. Pemberian daun gamal pada sapi memerlukan waktu penyesuaian agar sapi itu mau memakannya. Pemberian daun gamal pada sapi dapat pula dilakukan dengan cara melayukannya terlebih dahulu selama semalam sebelum diberikan pada sapi.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam pengolahan padang penggembalaan yang digunakan untuk penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening adalah rotasi penggunaan penggunaa padang penggembalaan. Suatu areal padang penggembalaan dapat dibagi atas beberapa petak dan diisi dengan beberapa ekor sapi yang digemukan. Setiap petak harus diamati terus agar dapat ditentukan saat yang tepat melakukan rotasi. 

Teknik Penggemukan Ternak Sapi dengan (Sistem Dry Lot Fattening)



System dry lot fattening merupakan sistem penggemukan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian seperti jagung, sorgum, atau kacang-kacangan. Pemberian jagung yang telah digiling dan ditambah dengan pemberian hijauan yang berkualitas sedang pada penggemukkan sapi sudah memberikan pertambahan bobot badan yang lumayan. Namun, belakangan ini  penggemukkan sapi dengan sistem dry lot fattening bukan hanya memberikan satu jenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat.
Sapi yang digemukkan dengan sistem dry lot fattening berada terus-menerus dalam kandang dan tidak digembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang digemukkan pada sistem dry lot fattening pada umumnya adalah sapi-sapi jantan yang telah berumur lebih dari satu tahun dengan lama penggemukkan berkisar antara 4 – 6 bulan. Untuk penggemukkan sapi atau ternak ruminansia lainnya, kebutuhan minimal hijauan berkisar antara 0,5-0,8% bahan kering dari bobot badan sapi yang  digemukkan.
Penggemukkan sapi dengan kombinasi pasture dan dry lot fattening banyak dilakukan di daerah-daerah subtropis maupun tropis dengan pertimbangan musim dan ketersediaan pakan. Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukkan sapi dilakukan dengan pasture. Pada musim terrtentu pada musim kemarau, sewaktu produksi hijauan sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem dry lot.
Penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat pula diartikan dengan mengembalakan sapi-sapi pada padang-padang pengembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi-sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Sistem demikian ini umumnya terdapat pada daerah yang luas padang pengembalaannya sudah sangat terbatas
Beberapa peternak kemudian mencoba memanfaatkan kondisi ini. Sapi yang biasanya diberi makan rumput diganti dengan jagung. Perubahan jenis pakan ini mengharuskan peternak untuk mengubah juga pola pemeliharaannya. Yang tadinya digembalakan di padang rumput, akhirnya harus dikandangkan, termasuk tidak lagi menggunakan tenaganya untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian.
Dibandingkan dengan sistem penggemukkan sapi pasture fattening, lama penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening. Lama penggemukkan sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor dan terutama adalah umur, kelamin, kondisi, bobot, dan kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan. Dapat ditambahkan, bahwa sapi yang lebih muda memerlukan waktu penggemukkan yang lebih lama dibandingkan dengan sapi yang telah berumur tua. 
System dry lot fattening pada ternak sapi dilakukan pertama kali di Amerika Serikat. Pada suatu waktu di Amerika Serikat mengalami masalah, yaitu melimpahnya produksi jagung ke titik paling rendah. Beberapa peternak kemudian mencoba memanfaatkan kondisi ini. Sapi yang biasanya diberi makan rumput, diganti dengan jagung. Perubahan jenis pakan ini mengharuskan peternak untuk mengubah juga pola pemeliharaannya. Yang tadinya digembalakan da padang penggembalaan, akhirnya harus dikandangkan, termasuk lagi tidak lagi menggunakan tenaganya untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian.
Sejak saat itulah ternak sapi dipaksa untuk mngkonsumsi jagung yang sudah digiling dengan tambahan pakan hijauan sebagai serat kasarnya. Ternyata pertambahan bobot ternak sapi yang digemukkan dengan cara ini justru lebih tinggi daripada digembalakan di padang penggembalaan. Sehingga di Amerika Serikat, penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening dilakukan pada daerah pusat produksi jagung yang dikenal dengan corn belt.
Hingga saat ini, pakan yang diberikan tidak hanya satu jenis biji-bijian saja, tetapi telah ditambahkan berbagai bahan pakan lain dengan kadar protein tinggi. Bahan-bahan yang biasa digunakan terdiri dari jagung giling, bungkil kelapa, dedak padi, polard, bungkil kelapa sawit dan ampas tahu, serta penambahan mineral dan garam dapur.
Bahan-bahan tersebut kemudian diformulasi dalam bentuk pakan siap saji yang disebut konsentrat. Untuk memperlancar dan mengoptimalkan proses pencernaannya, tetap diberikan pakan hijauan dalam ukuran tertentu sebesar 0,5-0,8% bahan kering dari total bobot sapi.
  Dalam beberapa hal, sistem ini sesungguhnya memiliki persamaan dengan sistem kereman tradisiona di Indonesia, dimana sapi digemukkan di dalam kandang sederhana selama periode tertentu dan pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Akan tetapi konsentrat dalam sistem kereman di Indonesia hanya berupa satu jenis bahan pakan seperti dedak padi atau ampas tahu saja.
 Perkembangan dari ternak sapi yang dikembangkan dengan cara ini sesungguhnya sangat bergantung pada kualitas dan pola pemberian pakan. Pola pemberian pakan yang umum dilakukan pada ternak sapi adalah :
Pagi hari, jam 07.00 ternak sapi diberi pakan berupa hijauan, Pada siang hari, jam 12.00, ternak sapi diberi pakan konsentrat. Setelah habis, ditambahkan pakan hijauan, dan Pada sore hari, jam 16.00, ternak sapi diberi pakan konsentrat dan setelah habis diberikan pakan hijauan.
Pola tersebut di atas sudah cukup baik, namun berdasarkan penelitian ada beberapa teknik yang terbukti dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan yaitu :
Menambah frekuensi pemberian pakan dari satu kali menjadi empat kali dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dari 63,9% menjadi 67,1%. Selain itu, penyediaan protein rumen meingkat dari 2,2 gr menjadi 3,19 gr dan Memperpanjang jarak pemberian pakan antara hijauan dengan konsentrat. Jika terlalu pendek, dapat menyebabkan menurunnya tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organic pakan. Cara member pakan hijauan pada ternak sapi yang paling tepat adalah 2 jam setelah pemberian konsentrat. Fungsi konsentrat yang diberikan terlebih dahulu adalah untuk member pakan mikroba rumen, sehingga ketika pakan hijauan pakan masuk rumen, mikroba rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. 
Sapi diberi pakan konsentrat dan hijauan dengan porsi konsentrat lebih besar daripada hijauan. Perbandingan hijauan : konsentrat berkisar antara 40 : 60 sampai dengan 20 : 80 (Riyanto dan Purbowati, 2010). Saat ini, sistem dry lot fattening tidak hanya memberikan jagung seperti pada awal penerapannya, tetapi sudah merupakan campuran konsentrat berbagai bahan pakan berprotein tinggi.



Teknik Penggemukan Ternak Sapi dengan  Sistem Kombinasi antara (Sistem Pasture dan Sistem Dry Lot Fattening)

 


Penggemukkan sapi dengan kombinasi pasture dan dry lot fattening banyak dilakukan di daerah-daerah subtropis maupun tropis dengan pertimbangan musim dan ketersediaan pakan. Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukkan sapi dilakukan dengan pasture. Pada musim terrtentu pada musim kemarau, sewaktu produksi hijauan sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem dry lot.
Penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat pula diartikan dengan mengembalakan sapi-sapi pada padang-padang pengembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi-sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Sistem demikian ini umumnya terdapat pada daerah yang luas padang pengembalaannya sudah sangat terbatas.
Dibandingkan dengan sistem penggemukkan sapi pasture fattening, lama penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening. Lama penggemukkan sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor dan terutama adalah umur, kelamin, kondisi, bobot, dan kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan. Dapat ditambahkan, bahwa sapi yang lebih muda memerlukan waktu penggemukkan yang lebih lama dibandingkan dengan sapi yang telah berumur tua. 
Akan tetapi ada perbedaan alas an dalam penerapannya, tergantung kepada kondisi wilayahnya yaitu :
a.      Wilayah subtropics : Pada wilayah subtropics penggemukan ternak sapi dengan sistem kombinasi dilakukan karena kondisi iklimnya tidak memungkinkan untuk dapat menyediakan pakan hijauan sepanjang waktu. Pada musim panas, dimana ketersediaan pakan hijauan melimpah, ternak sapi diberi makan berupa rumput dengan cara digembalakan, kemudian diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan. Jika musim dingin tiba, terlebih pada saat turun salju, ternak sapi akan dikandangkan secara individu dan digemukkan dengan sistem dry lot fattening.
b.      Wilayah tropis : Di wilayah tropis, ketersediaan pakan hijauan di padang penggembalaan berlaku sepanjang waktu, namun terkendala oleh luas lahan padang penggembalaan yang terbatas. Oleh sebab itu dilakukan sistem kombinasi dengan cara digembalakan di padang rumput selama beberapa jam. Kemudian pada sore harinya, ternak sapi akan digiring untuk masuk ke dalam kandang. Setelah itu ternak sapi akan diberi pakan berupa konsentrat secukupnya.
Penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat pula diartikan dengan mengembalakan sapi-sapi pada padang-padang pengembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi-sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Sistem demikian ini umumnya terdapat pada daerah yang luas padang pengembalaannya sudah sangat terbatas.
Dibandingkan dengan sistem penggemukkan sapi pasture fattening, lama penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening. Lama penggemukkan sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor dan terutama adalah umur, kelamin, kondisi, bobot, dan kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan. Dapat ditambahkan, bahwa sapi yang lebih muda memerlukan waktu penggemukkan yang lebih lama dibandingkan dengan sapi yang telah berumur tua. 

1 komentar:

heru mengatakan...

Jual limbah singkong berupa bonggol singkong Rp. 750/kg dan singkong sortiran Rp 1500/kg kondisi fress (baru) untuk pakan pengemukan sapi atau untuk bahan baku tepung pati maupun tepung pakan ternak. Siap kirim 7 ton/2 hari sekali. Hub. Bpk Heru Malang - Jawa Timur. Hp/Wa 081334272800 blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com