Sabtu, 24 Agustus 2013

Supllay Chang Manajemen


Supllay Chang Manajemen
BAB I
LATAR BELAKANG


A.    PENDAHULUAN

Persaingan dalam industri distributor makin ketat. Salah satu hal yang membuat perusahaan distributor bertahan adalah penyediaan produk yang tepat bagi konsumen di waktu yang tepat, dan dalam biaya ekonomis. Ketersediaan produk dan harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika ada koordinasi yang baik antara perusahaan retail dengan pihak-pihak dalam rantai suplainya. Koordinasi antara pihak-pihak dalam rantai suplai tidak hanya melibatkan koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna bagi perencanaan perusahaan. Kekurangan persediaan produk pada distributor akan berakibat kehilangan penjualan, sedangkan kelebihan tertentu akan berakibat menumpuknya produk dan meningkatnya biaya pemeliharaan persediaan. Selain itu, koordinasi dengan toko-toko cabang sebagai salah satu mata rantai suplai adalah penting, dimana kantor pusat dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi mengenai masing-masing supllier agar pengelolaan suplai dan perencanaan penjualan produk dapat dilakukan dengan lebih baik. Dengan demikian peran serta supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan. Kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat dan berkualitas inilah yang melahirkan konsep baru tahun 1990-an yaitu Manajemen rantai pasokan / Supply Chain Management (SCM).
SCM Supply Chain Management adalah suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Manufakturing, dalam penerapan supply chain management (SCM), perusahaan-perusahaan diharuskan mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri secara cermat dan fleksibel.
Sekarang ini konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan produk secara tepat tempat, tepat waktu. Sehingga menyebabkan perusahaan manufaktur yang antisipatif akan hal ini akan mendapatkan pelanggan sedangkan yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggan. Supply chain management menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara perusahaan-perusahaan yang berbeda.
  


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Supply Chain Management Secara Umum
Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon yang umum dijumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku ataupun dalam diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua term diatas di persepsikan secara salah. Bahkan ada yang mempersepsikan bahwa supply chain hanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja. Sebagai disiplin, supply chain management memang merupakan suatu disiplin ilmu yang relative baru. Cooper (1997) bahkan menyebut istilah “supply chain management” baru muncul di awal tahun 90-an dan istilah ini diperkenalkan oleh para konsultan manajemen. Saat ini supply chain management merupakan menarik untuk didiskusikan bahkan mengundang daya tarik yang luar biasa baik dari kalangan akademisi maupun praktisi.
Manajemen rantai pasokan (supply chain management) dapat didefinisikan sebagai pengintergrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Tujuan Manajemen rantai pasokan adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memutuskan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagai pelanggan. Aktivitas para manajer rantai pasokan mencakup ilmu akutansi, keuangan, pemasaran, dan operasi.

B.     Manfaat Supply Chain Management
1.    Kepuasan pelanggan, Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2.    Meningkatkan pendapatan, Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
3.    Menurunnya biaya, Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4.    Pemanfaatan asset semakin tinggi, Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain Management.
5.    Peningkatan laba, Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
6.    Perusahaan semakin besar, Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :
1.      Supplies
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain.
2.      Supplier – Manufactures - Distribution
Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.
3.      Supplier - Manufactures - Distribution - Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer.
4.      Supplier - Manufactures Distribution - Retail Outlet - Customer.
Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warungwarung, dan lain-lain.
Secara sederhana pemain utama dalam proses SCM dapat digambarkan dibawah ini :
Proses SCM (supply chain management)


 

C.    Persyaratan Penerapan Supply Chain Management
1.      Dukungan manajemen.
Manajemen semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.
2.      Pemasok.
Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):
a)      Keadaan umum pemasok antara lain: ukuran atau kapasitas produksi, kondisi financial, kondisi operasional, fasilitas riset dan desain, lokasi geografis, dan hubungan dagang antar industry
b)      Keadaan pelayanan antara lain: waktu penyerahan material, kondisi kedatangan material, kuantitas pemesanan yang ditolak, penanganan keluhan dari pembeli, bantuan teknik yang diberikan, dan informasi harga yang diberikan.
c)      Keadaan material antara lain: kualitas material, keseragaman material, jaminan dari pemasok, dan keadaan pengepakan (pembungkusan)
Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya kualitas produk. Selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap indikator dan dihitung total skor-nya.



3.      Distributor
Sebagai perantara produk perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu perusahaan  adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen (Sitaniapessy, 2001). Satu kunci yang penting dalam mengelola saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran distribusi yang dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang pemasaran suatu produk dalam area pemasaran tertentu.
4.      Transparansi arus informasi
Untuk dapat mendukung arus informasi yang transparan dari seluruh mata rantai yang terlibat dalam SCM diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database. Konsep database yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat, melainkan data tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut :
a.       Ketersediaan, kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan kemudahan akses.
b.      Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait
c.       Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif
d.      Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan data yang harus menyesuaikan jumlah data)
e.       Konsistensi dan validitas data
Rantai Pasok Usaha Ternak Sapi Penggemukan Pola rakyat
Berdasarkan penelitian tahun 2006 yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan kebijakan pertanian, Bogor) di Jawa Timur, secara umum, di Indonesia ada dua jenis rantai pasoka penjualan sapi penggemukan/potong dari peternak ke konsumen yaitu sapi hidup dan daging sapi.
Khusus untuk rantai pasok sapi potong hidup, terdapat beberapa mata rantai yaitu:
1.      Peternak, ada 3 tingkat peternak yaitu:
a)      Tingkat I, yaitu peternak yang telah melaksanakan manajemen pemeliharaan intensif (memilikin kandang permanen, memberikan pakan khusus penggemukan, menerapkan standar waktu memeliharaan). Peternak tingkat ini adalah produsen murni yang menjual ternak sapinya langsung di kandang kepada blantik atau pedagang pengepul.
b)      Tingkat II, yaitu peternak tingkat I yang telah mampu membuat pakan sendiri. Peternak tinggat II berperan ganda, selain sebagai produsen juga menjual pakan yang diproduksi kepada peternak lain dalam satu kabupaten atau luar kabupaten.
c)      Tingkat III, yaitu peternak tingkat II yang telah memiliki rumah potong hewan (RPH), untuk memproses hasil dari produksinya. Peternak ini memiliki multi peran, yaitu sebagai produsen, sebagai pedagang sapi (jika menjual) dan membelisapi hidup dari peternak lain, serta sebagai penjagal karena sebagaian sapi yang dihasilkan atau dibeli dipotong di RPH yang dimiliki, untuk kemudian dijual kepada konsumen.
2.      Blantik
Peternak sapi rakyat umumnya tidak langsung menjual sapi hasil produksinya kepada konsumennya, karena telah memiliki pelanggan yaitu blantik. Selain berperan sebagai perantara antara penjual dan membeli sapi kandang, blantik juga memiliki peran di pasar hewan.
Keuntungan yang diperoleh blantik didapat dari kedua belah pihak, nemun blantik bukanlah “mengambil keputusan” karena sangat ditentukan calon pembeli dan penjual yang nilainya sangat tidak menentu. Bahkan tidak jarang blantik harus menjual dalam keadaan rugi dari pada ahrus membawa kembali sapi yang akan dijual.
Peran sebagai blantik, sebenarnya juga dilakukan oleh peternak rakyat jika mereka mencari bibit/bakalan untuk dipelihara/digemukan dan atau dijual kepada peternak lain langsung di pasar hewan. Berbeda dengan blantik murni, peternak rakyat yang berperan sebagai blantik adalah “pengambilan keputusan”, baik mengenai harga beli, maupun saat yang tepat untuk membeli bibit/bakalan, agar mendapat harga yang lebih murah.
3.      Pedagang Pengepul
Pedagang Pengepul sangat berbeda dengan blantik. Jika blantik memiliki wilayah usaha dikandang sapid an dipasar hewan, pedagang pengepul menjual dan membeli sapi didalam dan luar Kabupaten, sama kepropinsi dan antara propinsi/pulau.
Para pedagang pengepul ini memiliki kiat-kiat usaha untuk mengefisienkan biaya. Sebagai contoh adalah menyesuaikan jumlahsapi yang dipesan dengan alat transportasi yang digunakan. Jika jumlah sampai 5 ekor dipakai mobil bak terbuka namun jika sampai 8 ekor memakai truk.
Antara pedagang pengumpul dan pemilik sapi biasanya sudah terjalin kepercayaan. Oleh sebab itu, pedagang pengepul tidak harus bersusah payah mencari sapi, melainkan langsung memesannya dengan telepon, untuk pembayaran pesanan juga bias diatur lebih awal atau lambat sesuai dengan kesepakatan. Nilai yang harus dibayar berdasarkan tempat timbangan ditempat pembeli, karena dalam perjalanan akan terjadi penurunan berat (susut). Keuntungan dari pedagang pengepul berasal dari efesiensi biaya pengiriman dan penurunan berat yang mempengaruhi harga jual rata-rata.

Kelembagaan Rantai Pasok Komoditi Telur Ayam Ras
1.      Kelembagaan Pemesaran
Peternak skala kecil (peternak rakyat) umumnya memiliki akses hanya terhadap pasar konvional. Kondisi ini tidak terlepas dari investasi dan distorasi dari pemasok skala besar yang dikuasai peternak skla perusahaan. Peternak skla besar memiliki akses lebih baik kepasar modern yang memiliki segmen pasar khusus, yaitu konsumen potensial dengan pendapatan yang relative tinggi, sehingga memiliki daya beli dan senggup membayar lebih mahal.
Pemasaran telur oleh peternak rakyat dilakukan melalui 2 pelaku utama yaitu pedagang pengepul dan langsung kepedagang di pasar konvensional. Dari pedagang pengepul, telur dijual kepedagang pasar konvensional. Dalam rantai pasok ini pihak-pihak yang terlibat adalah peternak, pedagang pengepul, agen kecil, dan agen besar (grosir) yang biasanya berlokasi di pasar-pasar konvensional, pasar modern, konsumen lembaga (hotel, rumah sakit, restoran, dll), dan pengelola makan. Dalam menjalankan tugasnya masing-masing pelaku pekerja secara mansiri dalam suatu pola hubungan bisnis yang telah terbentuk diantara mereka.

2.      Kelembagaan Pasar
Pada pasar konvensional, manajemen memperoleh komoditas digerakan oleh pedagang pengepul,grosir dan pengecer. Pada umumnya pedagang pengepul menjalin hubungan kerjasama dengan peternak rakyat. Pengepul ini menyalurkan telur kepasar grosir atau langsung pengecer.
Pola hubungan dan kenerja kelembagaan menurut aktifitas pembelian dan penjualan yang dilakukan di pasar konversional menunjukan bahwa pembelian oleh pedagang grosir dilakukan langsung dari peternak perusahaan dan dari pedagang pengumpul. Sementara itu pengecer melakukan pembelian langsung pada pedagang grosir dengan akses secara fisik dan harga relative mudah dan lancer. Keterkaitan yang terjadi pada pelaku di pasar konvensional  bersifat positif dan merasa diperlakukan adil khususnya dalam hal pembagian keuntungan, karena pembentukan harga  dilakukan berdasarkan mekasisme pasar yang dipengaruhi oleh mekasisme penawaran dan permintaan.
Pembelian telur di pasar modern dilakukan oleh grosir atau rekanan (supplier) melalui system kontrak kerja dengan persyaratan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Pada beberapa pasar modern seperti supermarket, perjanjian kontrak kerja tidak terlalu mengikat. Dalam kontrak kerja, pihak pasar moderen memberikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh supplier. Selama persyaratan ini masih dipenuhi oleh supplier, keterkaitan secara fungsional berjalan secara baik dan lancer. Untuk produk telur curah tidak ditemui adanya masalah. Namun untuk  produk telur eksklusif, karena pembelinya relative terbatas, maka partisipasi pasar moderen kelas sedang dalam penjualan produk ini juga relative terbatas.

3.      Kinerja Pelaku Pasar
Palaku pasar dalam perdagangan telur terdiri dari pedagang pengepul, pedagang onvensional baik pengecer maupun grosir, dan suplir pasar modern. Pada peternak rakyat, peran peran pengepul sangat penting karena kepada pedagang inilah sebagian besar peternak rakyat menjual hasil produknya. Kerjasama antara pengepul dengan peternak mncakup masalah harga, kualitas barang maupun pembayaran. Pembentukan harga antara pengepul antara peternak dilakukan melalui negosiasi, meskipun dalam praktek petrnak tetap saja sebagai penerima harga, sihingga nilai tambah peternak relative kecil. Kondisi ini tidak terlepas dari dominasi peran pedagang dalam penentuan harga, dan adanya kebiasaan petani yang membutuhkan uang tunai, sehingga posisi tawar peternak relative lama.
Pola hubungan dan kinerja kelembagaan dalam perdagangan telur ayam ras melibatkan peternak, pedagang pengepul, grosis dan pengecer, konsumen lembaga (restoran, hotel dan rumah sakit) dan konsumen rumah tangga. Hubungan antara pelaku terkait dengan aspek pembeian dan penjualan memiliki kinerja yang positif, yaitu tepat harga dan tepat waktu. Keterkaitan konvensional antara pedagang dengan peternak dinilai cukup caik dan positif, demikian juga keterkaitan institusional cukup adil dan propesional.
4.      Kelembagaan Industri Pengolah
Telur merupakan bahan baku industry makanan. Hubungan kerja antara industry pengolah dengan pemasok bahan baku (kususnya telur), dilakukan dengan grosir atau supplier. Kontrak kerja dapat dilakukan melalui perjanjian kontrak. Hubungan kerja berjalan dengan baik, dimana pemasok memberikan pelayanan secara tepat waktu dengan mutu yang telah dilakukan.
Beberapa factor yang mempengaruhi ketersediaan telur industry makanan ini antara lain:
a)      Teknis -› Salah satu bahan baku utama dari pembuatan kue adalah telur. Ketersediaan telur sebagai bahan baku utama tidak masalah bagi perusahaan. Hal ini karena telur sebagai bahan pokok memiliki ketersediaan yang cukup dan mudah diakses. Jadi supplier selalu dapat menyediakan pesanan telur dengan tepat waktu dan dengan kualitas yang baik.
b)      Ekonomis -› Dilihat dari sisi ekonomi, ketersediaan telur dipengaruhi oleh harga. Harga telur sebagai bahan baku sangat berflutuatif dari hari ke hari. Hal ini cukuo menganggu dalam pengelolahan industry makanan berbahan baku telur, karena harga makanan dijaga agar tetap setabil dengan demikian fluktuasi harga telur akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh industry makanan.
c)      Sosial -› Laju pemasaran makanan berbahan baku dasar telur sangat dipengaruhi oleh hari-hari besar maupun hari libur seperti hari sabtu/minggu. Demikian juga pada hari Lebaran, Natal dll penjualan bias meningkat hingga dua kali biasa. Strategi dan momentum ini digunakan oleh pengusaha makanan untuk mengkomposisi harga dan tingkat keuntungan dasaat harga telur sebagai bahan baku relative.


Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Rantai Pasok Usaha Ternak Sapi Penggemukan Pola rakyat.             http://duniasapi.com/id/budidaya/2462-rantai-pasok-usaha-ternak-sapi-       penggemukan-pola-rakyat-.pdf

Anonim. 2012. Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management-Scm). Bogor

Naja. S. A. 2010. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management). Sumatra

Nida. 2011. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management). Blog.             http://evolmy.blogspot.com/2011/11/manajemen-rantai-pasok-supply-          chain.html

Wahyuni K. S. 2011. Analisis Kelembagaan rantai Pasokan telur Ayam Ras            Peternakan Rakyat Di Jawa barat. Bogor

Tidak ada komentar: